Wisuda Hifdhul Quran, Santri dan Santriwati Terbaik Peroleh Hadiah Umroh

Geserna, Al-Amien Prenduan- Senin, (19/06) dalam wisuda hifdhul Quran, Ananda Ramdoni asal Sampang dan Aqilah Sofia binti Sukimin asal Banjarmasin dinobatkan sebagai Wisudawan the best of the best. Mereka berdua mendapat hadiah umroh yang disponsori oleh Arfa Tours & Travel, Assafier dan Sseven Sky Tour & Travel. Acara wisuda menjadi lebih spesial dengan hadirnya Pimpinan dan Pengasuh PMDG, KH. Hasan Abdullah Sahal.

Wisuda yang bertempat di Geserna Putri, diikuti oleh 331 wisudawan-wisudawati Hifdh Al-Qur’an. Tidak tanggung-tanggung, 125 santri-santriwati mengikuti Wisuda Kaamilul Qur’an, sementara 206 lainnya mengikuti kesyukuran Hifdh Al-Qur’an, mereka mampu membaca sekali duduk 12 Juz bilghoib.

Tepat pukul 07.40 WIB, Acara dimulai dan dibuka oleh KH. Fauzi Rasul, Lc. Kemudian dilanjutkan dengan khotmul Qur’an oleh Para Wisudawan dan ditutup dengan Doa khotmul Qur’an oleh KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA.

Sementara itu, berdasarkan data yang disampaikan oleh Pengasuh Ma’had Tahfidh, KH. Moh. Khoiri Husni, Santri kelas akhir yang mengikuti acara ini adalah 93 Putra (47 diantaranya Kaamilul Qur’an, dan 76 lainnya 12 Juz) dan 199 Putri dengan rincian 78 Kaamilul Qur’an dan 130 lainnya 12 Juz. Sehingga total santri kelas akhir yang mengikuti acara ini berjumlah 292 Orang. Sedangkan 39 lainnya berasal dari kelas 4 dan 3. Total keseluruhan ada 331 santri dan santriwati yang mengikuti wisuda ini.

Acara berlanjut dengan pembacaan the best wisudawan-wisudawati Hifdh Al-Qur’an, The Best akademik, dan santri berprestasi. Sebagaimana diketahui, The Hifdh Al-Qur’an, diambil dari wisudawan-wisudawati yang mampu membaca 30 juz sekali duduk dan sudah mengikuti ujian terbuka. The Best Akademik, merupakan santri-santriwati kelas akhir dengan nilai rata-rata tertinggi di programnya masing-masing, sementara untuk Santri berprestasi, merupakan santri aktif, selain kelas akhir, yang mampu khatam dan memenuhi syarat wisuda hifdh kaamilul Qur’an.

Memasuki rangkaian akhir dari Wisuda, Pidato pelepasan disampaikan oleh Pimpinan dan Pengasuh PP. Al-Amien Prenduan, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, dan Mau’idhoh Hasanah disampaikan oleh Pimpinan dan Pengasuh PMDG, KH. Hasan Abdullah Sahal.

Dalam pidato pelepasan, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA mengajak seluruh hadirin untuk bersyukur, bahwa pencapaian hari ini adalah buah dari perjuangan, buah dari kesabar. Beliau juga terharu atas pencapaian wisudawan-wisudawati yang kaamilul Qur’an. “Dan saya terharu, mudah-mudahan anak saya semua ini, kelak bisa memberi kita mahkota syurga, inshaAllah,” ungkapnya.  

Beliau juga mengingatkan janji para-alumni untuk menjaga Al-Qur’an, “Ingat janjimu wahai anak-anakku! Jagalah Al-Quran seumur hidup, seumur hidup!”. Kepada para wali wisudawan-wisudawati, Kiai berpesan, “Kami menyerahkan kembali ke bapak-ibu, bukan sekarang!, nanti setelah setahun kurang mereka menyelesaikan persyaratannya (kegiatan tafarrugh), meskipun hafal 30 Juz, mereka mengabdi dan mengajar. Ngabdi, mengajar dan murajaah, kalo bisa, nyari sanad.”

Diakhir pidato, beliau menyampaikan berita gembira tentang hadiah Umroh bagi Wisudawan the best of the best yang kali ini jatuh pada Ananda Ramdoni, santri yatim-piatu asal Sampang untuk Putra, dan Aqilah Sofia Putri dari Bapak Sukimin, asal Banjarmasin. Hadiah umroh ini, diberikan oleh Arfa Tours & Travel, Assafier dan Sseven Sky Tour & Travel.

Acara yang terakhir adalah Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh Pimpinan dan Pengasuh PMDG, KH. Hasan Abdullah Sahal. Setidaknya ada beberapa poin utama dapat dirangkum dari pidato beliau. Pertama, adalah tentang posisi, status, fungsi serta orientasinya Pesantren, dimana kepercayaan penuh kepada pesantren dan kiai adalah mutlak. Kedua, tantangan global dan peran pesantren sebagai solusi. Ketiga, kita memasuki the era kebulytation (baca keebulisesion).

Mengenai kebulytation, hal ini tidak ada dalam kamus Bahasa inggris. Melainkan sebuah istilah khusus yang beliau lontarkan karena melihat fenomena-fenomena akhir-akhir ini terjadi. “Hari ini, banyak orang yang dihargai, padahal dia tidak berharga. Yang harusnya dihormati tidak dihormati,” jelasnya.

Dengan pidato yang berapa-api, beliau menjelaskan tentang betapa bencinya musuh islam terhadap islam, khususnya terhadap pesantren. “Kalau tidak menjelek-jelekkan islam, kalau tidak memojokkan ummat islam, kalau tidak menyingkirkan organisasi-organisasi islam, kalau tidak menjelek-jelekkan pesantren islam, kalau tidak mengobok-ngobok islam, mereka tidak bisa makan mencari. Mereka makan dengan menjatuhkan islam,” paparnya dengan penuh semangat.

Oleh karenanya, diakhir pidato beliau mengingatkan tentang peran pesantren dan bagaimana seharusnya santri berbuat untuk ummat, agama, bangsa dan negara. (Qt)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top