al-amien.ac.id, Al-Amien Prenduan – Pimpinan dan Pengasuh PP. Al-Amien Prenduan, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA mengukuhkan secara resmi Fungsionaris Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan masa khidmah 1444/1445 H. (2023/2024 M.) Pengukuhan yang bertempat di Auditorium TMI Putra tersebut dilaksanakan setelah shalawat tarawih, Jumat, (24/03)
Usai pengukuhan, para kiai dan ustadz fungsionaris baru berjabat tangan dengan Majelis Kiai. Mulai dari manajer perusahaan milik pondok, biro-biro, mudir, majelis a’wan sampai pengasuh Ma’ahid di PP. Al-Amien Prenduan. Selanjutnya, Pimpinan dan Wakil Pimpinan PP. Al-Amien Prenduan, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA dan KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA serta anggota Majlis Kiai lainnya menyampaikan beberapa wejangan dan nasehat secara bergantian.
Wakil Pimpinan dan Pengasuh PP. Al-Amien Prenduan yang juga menjabat sebagai Pengasuh Ma’had TMI, KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA berharap agar para fungsionaris bisa membangun kolektivitas, bahwa semuanya sama-sama bergerak menuju arah yang sama mewujudkan mimpi-mimpi bersama, bukan mimpi satu individu ataupun satu lembaga saja.
“Kita berharap bahwa kita berani membicarakan mimpi-mimpi kolektif itu secara terbuka, sehingga itu menjadi milik kita bersama. Jangan sampai mimpi IDIA menjadi Universitas hanya menjadi mimpi Kiai Fikri dan Kiai Muhtadi saja. Atau mimpi membangun Rumah Sakit hanya menjadi mimpi Ust. Abdurrahman dan Ust. Slamet saja misalnya. Itukan berbahaya. kita harus bicara mimpi kolektif itu secara bersama. Oleh karena itu, saya minta doa agar kita ini bisa membangun kolektivitas, bahwa kita ini bergerak menuju arah yang sama mewujudkan mimpi-mimpi kita bersama, bukan mimpi individu, bukan mimpi satu keluarga, bukan juga mimpi satu lembaga, tapi mimpi kita bersama,” ungkap beliau.
lebih lanjut, beliau juga memohon agar para masyayikh, kiai, ustadz dan fungsionaris yang lain bisa sama-sama ikhlas dalam beramal. Karena keikhlasan itu dapat meminimalisir kemungkinan untuk berkonflik.
“Saya juga mohon didoakan agar kita bisa sama-sama ikhlas. Karena ikhlas bukan hanya mengelevasi amal kita ke tingkat yang lebih tinggi, tapi saya kira juga dapat menimalkan kemungkinan kita berkonflik. Sebab kata para ulama, yang paling rawan berkonflik itu orang-orang punya hasrat duniawi. Kalau orang-orang ikhlas atau as-“Saalikuna ilallah” itu kecil kemungkinannya untuk berkonflik,” jelas beliau.
Sedangkan Pimpinan dan Pengasuh PP. Al-Amien Prenduan, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA berharap pengukuhan funsionaris ini dapat menjadi sebuah lembaran baru yang lebih baik dan lebih barokah.
“Semoga pengukuhan ini dapat menjadi lembaran baru untuk langkah yang lebih baru, lebih barokah dan lebih amanah. Amieen ya rabbal ‘alamien,” ungkap beliau.
Selanjutnya, beliau juga menjelaskan bahwa inti ujian itu ketika seseorang merasa berdosa dan minta ampun. Maka yang dituntut itu bukan hasan , tapi ahsan yang terbaik.
“Sebenarnya hanya satu saja yang ingin saya sampaikan sesuai dengan ayat Al-Qur’an. Allażī khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā, wa huwal-‘azīzul-gafụr. Kenapa diakhiri ghofur?. Karena inti ujian itu kita diangkat derajat kita, kalau kita lulus kita merasa berdosa dan minta ampun. liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā Maka yang dituntut itu bukan hasan , tapi ahsan yang terbaik. Maka saya minta dan mohon seperti yang disampaikan kiai Ghozi, saya minta keikhlasannya terbaik. kita harus evaluasi dari segi ekonomi, kelembagaan dan dari segi-segi yang lainnya,” jelas beliau. (Df)