Eksistensi beberapa pondok pesantren di Jawa Timur tidak terlepas dari eksistensi para ulama yang berperan aktif dalam keorganisasian, politik dan dunia pendidikan. Bermula dari keberadaan seorang ulama kharismatik di desanya tepatnya di Desa Prenduan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Madura, yaitu KH. Ahmad Djauhari Chotib sehari-sehari mendidik para santrinya. Beliau adalah murid kesayangan Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari, ketika beliau menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng. Beliau juga merupakan tokoh Masyumi dan sempat memimpin Hizbullah serta mendirikan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Beliau mempunyai silsilah keturunan kepada KH. As’ad Syamsul Arifin, ulama kharismatik pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo, Jawa Timur. Almarhum Kiai Haji As’ad Syamsul Arifin adalah sepupu kepada ibu KH. Ahmad Djauhari Chotib. Istri beliau yang bernama Nyai Maryam, merupakan keturunan Syaikh Abdullah Mandurah, salah satu muthowif di Mekkah asal Sampang, Madura, yang banyak melayani jamaah haji Indonesia.Putra kesayangan beliau, yaitu KH. Mohammad Tidjani Djauhari MA. mempersunting purti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yaitu Nyai Hajjah Dra. Anisah Fatimah Zarkasyi, sehingga eksisitensi dua pesantren besar di Jawa Timur ini tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain.
Adapun hubungan antara Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dan Pondok Pesantren Tebuireng jika ditilik lebih dalam bahwa nasab pendiri pondok ini bersambung pada trah keluarga Ki Ageng Muhammad Besari Tegalsari. Kiyahi Haji Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memanggil Kiai Gontor yang ada saat ini dengan sebutan adik. Hal ini pernah diungkapkan langsung oleh beliau saat bertemu dengan Kiai Hasan Abdullah Sahal. Kedekatan KH Wahid Hasyim dan Kiai Haji Imam Zarkasyi bukan saja karena kesamaan visi dan misi dalam membangun dunia pendidikan di Indonesia, namun juga sebab adanya ikatan nasab kekerabatan antara keduanya.Ketika meletus peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun, pasukan Hizbullah yang dikomandoi KH Yusuf Hasyim (Gus Ud), berhasil merebut kembali wilayah Ponorogo dari tangan PKI. Termasuk membebaskan KH Ahmad Sahal dan KH Imam Zarkasyi yang tertawan oleh tentara PKI. Hubungan persaudaraan itu semakin mesra tatkala KH Wahid Hasyim putra KH Hasyim Asy’ari, dan KH Imam Zarkasyi, adik dari KH Ahmad Sahal dan KH Zainuddin Fananie, bertemu di pemerintahan era kepemimpinan Bung Karno. Hubungan mesra Gontor dan Tebuireng, sepeninggal Kyai Yusuf Hasyim (Gus Ud) masih berlanjut hingga saat ini.
Di era kepemimpinan KH Sholahuddin Wahid, kerjasama pengembangan pendidikan antar kedua lembaga semakin terlihat. Hubungan indah ini antara ketiga-tiga lembaga pesantren besar ini baik yang berada di Jawa dan Madura, setidaknya menegaskan bahwa tampilan luar pesantren yg tampaknya berbeda seperti modern dan salaf, tidak lantas menyebabkan terputus tali silaturahimnya, karena pada tataran prinsip, antara pesantren modern dan salaf bertemu di muara yg sama, sama-sama menjadi lembaga pencetak generasi mundzirul qoum. Misi besar ketiga-tiga lembaga ini adalah membentuk generasi unggul menuju terbentuknya khaira ummah (umat terbaik). Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat. Lalu, mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang, menuju terbentuknya ulama yang intelek. Misi terakhirnya ialah mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Saat ini, hubungan antara Al-Amien, Gontor dan Tebuireng semakin kuat. Bagaimana tidak Pengasuh Al-Amien saat ini, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani juga pernah nyantri di Tebuireng tepatnya di Madrasatul Qur’an pada tahun 1992. Ditambah lagi, beliau juga bisa dikatakan sebagai cucu KH. Imam Zarkasyi, pendiri PP. Darussalam Gontor. Silaturahmi antara ketiga pesantren ini terus berlanjut hingga saati ini.
Assalamu’alaikum wrwb Salam Shilaturrahim dengan Penuh harapan ukhuwah islamiyah ya bpk Ibu Radicalisme