اِنَّمَا مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِه نَبَاتُ الْاَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْاَنْعَامُ ۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَآ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَآ اَتٰىهَآ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia adalah ibarat air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah karenanya macam-macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, terhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang. Lalu, Kami jadikan (tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu kepada kaum yang berpikir”.
Mungkin seringkali kita berfikir, di setiap apa yang kita kerjakan lalu memperoleh hasil dengan sempurna, membuat kita puas akan hasil tersebut, dan berbangga diri bahwa kita mampu untuk meraih hal tersebut dan tanpa sadar menyombongkan diri. Sombong tidak selalu dengan apa yang terucap kepada orang lain, terkadang dengan rasa bangga dalam hati menjadi kesombongan besar di mata Allah yang tidak kita sadari. Maka sebenarnya tidak melakukan apa-apa, hasil yang dicapai oleh kita sebenarnya tidak akan ada tanpa seizin Allah SWT. Karena pada hakikatnya segala yang terjadi di atas muka bumi ini adalah skenario dari yang maha kuasa, Allah SWT, Tuhan semesta Alam.
Semisal orang-orang yang ahli dalam seni pahat, kemudian menyulap pohon-pohon dan bebatuan menjadi karya seni yang begitu menawan. Dengan teknologi yang dicanggihkan, kemudian menciptakan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan oleh manusia. Karena hal-hal remeh tersebut kemudian orang tersebut merasa dirinya seolah-olah bisa melakukan apa saja. Padahal segala ide yang terbesit dalam pikiran kita, segala kemampuan yang ada dalam diri kita tidak lain dan tidak bukan karena karunia Allah SWT.
Dunia hanyalah seumuran tumbuhan yang ditanam, setelah itu habis dimakan oleh binatang. Jadi memanglah tidak ada hal istimewa yang patut dibanggakan terlalu berlebih di dunia ini. Terkadang kita bangga akan anak-anak yang kita punya, bangga dengan memperbanyak harta, namun hal-hal tersebut tidaklah lekang oleh waktu, semua itu hanya berlalu sementara lalu hilang tak tersisa. Maka memanglah perlu kita menyadari dengan betul, bahwa kehidupan di dunia hanyalah permainan (yaitu kesenangan yang menipu). Padahal kehidupan akhirat jauh lebih baik yang dijanjikan oleh Allah SWT. Maka perlu kita ubah cara pandang dalam hidup, yaitu melakukan sesuatu hanya berorientasi kepada akhirat, ikhlas lillahita’ala.
Begitu juga dengan kita yang hidup di pondok, jika tujuannya hanyalah dunia dan untuk memperkaya diri, maka tidak akan ia temukan kecuali kesulitan-kesulitan yang justru tidak akan membuatnya kaya, baik itu kaya hati ataupun kaya dunia. Semua kita niatkan lillahi ta’ala, mengajar dan mendidik para santri niatkan lillahi ta’ala. Maka dengan demikian kita termasuk ke dalam salah satu di antara pejuang yang berjuang di jalan Allah Swt. Di antara orang-orang yang berjuang di jalan Allah adalah: orang-orang yang berjuang untuk akhirat dan untuk agama Allah, lelaki yang berusaha menafkahi keluarganya, orang-orang yang mempertahankan hartanya demi akhirat, para pejuang di pondok (kiai, nyai, guru-guru, ibu dapur, tukang kebun, karyawan dan seluruh penghuni pondok yang membantu tholibul ‘ilmi).
Jika ternyata kita kemudian tidak puas dengan apa yang kita dapat dan kita capai di pondok, itulah sifat manusia. Manusia memang suka tidak puas dengan apa yang dia peroleh dan dia capai. Maka cara untuk mengendalikannya dengan memperbanyak bersyukur dan qona’ah dan kembali kepada niat awal yaitu lillahita’ala.
Ada beberapa perbuatan yang kalau kita pikirkan itu adalah berorientasi kepada dunia, tapi karena diniatkan untuk akhirat (lillahita’ala), maka perbuatan tersebut akan bernilai akhirat. Begitu juga sebalikanya, beberapa perbuatan yang sebenarnya berorientasi pada akhirat, karena niatnya yang salah, maka perbuatan tersebut tidak bernilai apa di akhirat kecuali hanya berkesan di dunia saja.
Melakukan hal demikian itu memang sulit, beberapa orang mengatakan bahwa surga itu sulit, melakukan sesuatu yang tulus tanpa berharap pamrih dari makhluk sulit, bekerja dengan tidak mengharapkan dunia sulit, hidup di dunia sulit, rezki sulit. Apabila kita berada dalam kesulitan, yakinah bahwa Allah itu kariem, ar-Rohman dan ar-Rohiem (maha pengasih dan maha penyayang kepada hambanya).
Yang perlu diingat juga bahwa rezeki itu tidak hanya soal uang, kesehatan jasmani dan rohani, bisa beribadah dan beraktivitas itu juga termasuk rezeki. Jika seorang hamba selalu ikhlas, sabar terhadap ujian, teguh pendirian, dan tidak dzolim, in syaAllah niscaya Allah Swt terima amalannya.
Dalam beribadah dan beramal, berhati-hatilah. Karena di zaman seperti sekarang saat ini banyak ajaran-ajaran yang jauh melenceng dan meyesatkan. Beberapa organisasi yang perlu kita hati-hati darinya adalah JIL (Jaringan Islam Liberal), KUPI (Kumpulan Ulama’ Perempuan Indonesia), dan Moderasi Agama (penyetaraan agama). Kita harus menghargai terhadap agama lain, tapi tidak dengan meyakini aqidah agama lain.
Perbanyaklah qiyamul lail dan beristighfar di waktu sahar, karena taman-taman surga dan mata airnya dihadiahkan bagi orang-orang yang bertaqwa, mereka orang-orang yang baik, yang sedikit sekali tidur di waktu malam serta memperbanyak istighfar di waktu sahar.
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kita kesehatan, bisa menjadikan kita selalu iklas dan istiqomah dalam menjalankan peran dan tugas sebagai istri, ibu dan tenaga pendidik di pondok ini. Aamien yaa robbal ‘aalamien.
*dikonversi dari pesan-pesan Nyai. Hj. Dra. Anisah Fatimah Zarkasyi dalam acara pengajian bulanan para nyai dan guru-guru (Selasa, 02 Rajab 1444 H / 24 Januari 2023 M).