Al-Amien Prenduan,- Kamis, (10/11) PP. Al-Amien Prenduan gelar seminar literasi keuangan syariah dalam rangka kesyukuran 70 Tahun PP. Al-Amien Prenduan. Seminar dengan tema “ Urgensi Literasi Keuangan Syariah dalam Menghadapi Krisis Keuangan Global” diselenggarakan sebagai bentuk antisipasi dalam menghadapi resesi ekonomi 2023.
Dalam seminar yang diadakan di Auditorium TMI Al-Amien Putra ini, PP. Al-Amien Prenduan menggandeng Pihak Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur. Acara tersebut dihadiri pimpinan dan Pengasuh PP. Pesantren Al-Amien Prenduan dan jajaran majlis kyai, Ketua yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar Rahmah Surabaya, BPRS SPM Pamekasan, Bank Jatim Syariah Sampang dan BSI KCP Sumenep Trunojoyo 1.
Acara seminar ini dibuka oleh pimpinan dan pengasuh PP. Al-Amien Prenduan, KH Dr. Ahamd Fauzi Tidjani, MA. Dalam sambutannya, beliau menyatakan bahwa pelaksanaan seminar ini bertepatan dengan lahirnya PP. Al-Amien Prenduan. Dan diumur 70 tahun ini Al-Amien tetap konsisten membangun peradaban bangsa.
“10 November ini bertepatan dengan lahirnya PP.Al-Amien Prenduan, sejak 1952 sudah 70 tahun PP. al-Amien Prenduan mengabdi kepada ummat dan bangsa. walaupun sudah berganti 3 generasi kepemimpinan Al-Amien tetap konsisten membangun peradaban bangsa dengan empat catur jangka: pendidikan, dakwah, ekonomi, dan kaderisasi,” ungkapnya.
Pemateri yang mengisi dalam seminar tersebut adalah bapak Hayatullah Khumaeni dari Bank Indonesia, Dr. Shobikhul Qisom, M.Pd dari STIDKI dan Dr. Mashuri Toha, M.Pd dari IDIA Prenduan.
Dalam pemaparannya, bapak Khumaeni mengatakan bahwa resesi menjadi pembahasan hampir oleh setiap orang.
“Harus diluruskan dulu bahwa yang namanya resesi adalah pertumbuhan ekonomi dua kali negatif berturut-turut. Di Indonesia pertumbuhan ekonomi dirilis oleh BPS setiap tri wulan dan untungnya untuk pertumbuhan Indonesia tri wulan II dan tri wulan III di tahun 2022 masing-masing adalah 5,44 dan terakhir tanggal 07/11/2022 adalah 5,72% yang artinya dari teori itu tidak termasuk resesi,” jelasnya
Berbeda dengan bapak khumeini, dalam seminar ini bapak Sobikh membahas seputar filantropi Islam dalam membangkitkan ekonomi umat. Beliau mengajak kepada para mahasiswa untuk memiliki pemikiran yang produktif, dan memperkuat lembaga filantropi internal.
“Indonesia ini unik, digempur apa saja tetap tidak akan ada resesi karena setiap pagi berdoa minta ilmu, minta rezeki dan minta proyek mumpung ada BI, mumpung ada BSI dan perbankan lainnya. Bercita-citalah mempunyai penghasilan lebih saat menjadi mahasiswa sehingga nanti saat mau menikah hasil dari tangan sendiri.”
“Filantropi itu muncul karena panggilan iman, dan panggilan kemanasiaan. Apabila ketemu kedua panggilan tersebut maka kalian akan bergerak menjadi agen filantropi. Kalau punya uang berikan bantuan kepada orang lain, kalau tidak punya maka jadilah mediator untuk memberikan bantuan.” Lanjutnya.
Bapak Mashuri sebagai pemateri tentang kemandirian finansial memberikan motivasi dan mengatakan bahwa biarlah uang yang bekerja untuk kita dan kita tidak bekerja untuk uang. Dalam rangka kemandirian sudah berbagai profesi yang beliau ditempuh sampai pada akhirnya sebagai pengusaha.
“Kita memandang uang sebagai bukan nilai tukar tetapi sebagai harga nilai diri kita, yang apabila kita dipercaya oleh Allah memiliki banyak uang semakin banyak kita peduli kepada filantropi, bersedakah kepada masyarakat yang membutuhkan”.
Setelah semua materi selesai dipaparkan, terdapat sesi tanya jawab antara peserta seminar dan para pemateri.
Dekan FEBI IDIA Dr. KH. Holilur Rahman, M.H.I yang sekaligus bertugas sebagai moderator menutup seminar literasi keuangan syariah ini dengan harapan dapat membangun mindset, membangun produktifitas, bagaimana menjadikan masalah itu sebagai satu peluang, dan akan menjadikan kita terus yakin bahwa hari esok harus lebih baik dari hari ini. (Za)