Tahun 2024 menjadi tonggak penting dalam perjalanan Universitas Al-Amien Prenduan menuju perguruan tinggi yang memiliki budaya unggul. Dengan visi menjadi universitas berbasis pesantren yang unggul dalam pembinaan karakter kepemimpinan dan entrepreneurship melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlandaskan nilai-nilai Islam, UNIA berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral keislaman yang kuat dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Tulisan ini akan menguraikan upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan UNIA dalam menata diri menuju transformasi budaya tersebut, dengan fokus pada penguatan karakter keilmuan, pengembangan kepemimpinan, dan mendorong inovasi serta kewirausahaan.
Secara serentak, seluruh program studi di UNIA melakukan proses pengajuan akreditasi secara berjamaah, termasuk reakreditasi pada perguruan tinggi. Salah satu prodi tingkat sarjana, yaitu PAI (Pendidikan Agama Islam) telah menyelesaikan rangkaian proses akreditasi tahun 2024 dengan hasil yang sangat membanggakan, UNGGUL. Capaian Unggul ini menjadi rangkaian anugerah dari Allah SWT setelah perguruan tinggi yang dimiliki Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan ini baru saja berubah bentuk dari Institut menjadi Universitas di akhir tahun 2023. Tentu, beberapa rencana dan capaian tersebut membuat seluruh civitas akademika Universitas Al-Amien Prenduan semakin menguatkan tekad untuk mencapai visi UNIA 2044.
Sejak berdiri di tahun 1983, UNIA telah mengalami berbagai perkembangan dan perubahan bentuk. Setiap tahapan perubahan bentuk, menjadi bukti adanya peningkatan dan pengembangan perguruan tinggi. Selama itu pula, UNIA yang melakukan wisuda perdana pada tahun 1992 telah melahirkan ribuan alumni yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Para alumni pondok pesantren Al-Amien Prenduan dikenal memiliki kemampuan literasi dan mental kepemimpinan yang baik, dilengkapi dengan kemampuan bahasa asing: Arab dan Inggris. Sebenarnya, kiprah para alumni di masyarakat inilah yang menjadi bukti akreditasi yang paling nyata atas keberhasilan lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi.
Dalam rangkaian proses Pendidikan yang dimulai dari input – proses – output hingga outcome, indikator keberhasilan suatu Lembaga Pendidikan dan civitas akademikanya adalah adanya outcome (dampak) yang mungkin baru dirasakan setelah bertahun-tahun lamanya. Dalam rangka menciptakan dampak positif tersebut, visi UNIA 2044 disusun. Visi ini tidak bisa diraih tanpa adanya penataan diri pada seluruh bagian yang memungkinkan terwujudnya transformasi budaya unggul yang ada dalam setiap lapisan kehidupan kampus. Menata diri menjadi langkah awal yang sangat penting untuk mewujudkan transformasi tersebut. Penataan diri belangsung dari review dan revisi dokumen standar yang memungkinkan terwujudnya seleksi pada tahap input, monitoring dan evaluasi pada tahap proses, serta memastikan output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sebelum dilakukan pengembangan.
Tidak ada keberhasilan yang instan. Seluruh tahapan dari penataan diri di atas dilakukan melalui siklus mutu PPEPP (Penetapan-Pelaksanaan-Evaluasi-Pengendalian-Pengembangan) secara bertahap. Siklus mutu tersebut menjadi standar penataan diri yang bertujuan untuk mewujudkan transformasi budaya unggul dalam segenap aspek di UNIA. Transformasi budaya unggul yang diharapkan tidak hanya berbicara tentang perkembangan infrastruktur fisik, tetapi lebih dari itu, menyentuh dimensi mental, spiritual, dan moral seluruh civitas akademika Universitas Al-Amien Prenduan. Untuk mencapai transformasi ini, dibutuhkan penataan diri yang melibatkan semua pihak—mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, pimpinan universitas—agar visi yang telah ditetapkan tidak hanya menjadi angan, tetapi tahapan-tahapan realitas yang dapat dirasakan.
Dalam konteks keislaman, menata diri adalah rangkaian proses muhasabah, muraqabah, dan muqarrabah. Selain selalu melakukan introspeksi melalui review, monitoring dan evaluasi terhadap berbagai pelaksanaan kegiatan, juga tidak lepas dari usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu nasehat yang sering dimunculkan dalam berbagai forum adalah “selalu tanamkan harapan pada Allah semata, jangan pernah berharap pada manusia.” Dengan perspektif ini, menata diri merupakan bagian dari proses muhasabah dan muraqabah. Lalu, budaya unggul dapat diwujudkan melalui proses muqarrabah (mendekatkan diri) sehingga ridha Allah tercapai, sebagaimana tercantum dalam bait terakhir lagu mars UNIA.
Memperkuat Karakter Keilmuan Berbasis Nilai-nilai Islam
Sebagai universitas berbasis pesantren yang kuat dengan landasan nilai-nilai Islam, salah satu fondasi utama transformasi budaya adalah penguatan karakter keilmuan yang tidak hanya mencari kebenaran ilmiah, tetapi juga berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek pembelajaran. Proses Islamisasi ilmu pengetahuan, integrasi keilmuan, dan saintifikasi Islam menjadi strategi kunci untuk menanamkan karakter keilmuan yang unggul di kalangan mahasiswa. Dengan ini, Universitas Al-Amien Prenduan diharapkan mampu menghasilkan generasi yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki jiwa yang tangguh dan berakhlak mulia. Namun, proses ini membutuhkan konsistensi dan komitmen dari semua pihak untuk terus mengembangkan kurikulum yang selaras dengan visi tersebut. Pengintegrasian nilai-nilai pesantren dengan pendekatan ilmiah modern harus terus didorong agar mahasiswa tidak terjebak dalam dikotomi ilmu agama dan ilmu umum.
Dalam upaya tersebut, paradigma keilmuan integratif yang dikembangkan oleh UNIA meliputi tiga strategi: islamisasi, integrasi, dan saintifikasi. Ketiga strategi ini dipilih berdasarkan sifat dasar ilmu dan perkembangan ilmu pengetahuan. Islamisasi digunakan pada beberapa ilmu pengetahuan dan sains yang berasal dan punya sifat dasar nilai-nilai asing yang jauh dari nilai-nilai Islam. Integrasi dilakukan untuk menghilangkan dikotomi pada kerangka keilmuan, proses pembelajaran, pengembangan penelitian, dan pengabdian. Pada aspek saintifikasi, Islam dilihat tidak saja sebagai agama, tapi juga sumber ilmu pengetahuan dan sains.
Membangun Kepemimpinan Berbasis Keteladanan
Selain penguatan karakter keilmuan, salah satu fokus penting dalam penataan diri menuju transformasi budaya unggul adalah pembinaan karakter kepemimpinan. Universitas Al-Amien Prenduan telah membuktikan mampu dan akan terus melahirkan pemimpin-pemimpin muda yang memiliki visi besar, tanggung jawab sosial yang tinggi, serta integritas moral yang kuat. Kepemimpinan yang dibangun di lingkungan kampus harus mengakar pada program kegiatan, keteladanan, dan bimbingan secara terencana, bukan sekadar teori. Secara berjenjang, berbagai pengalaman berorganisasi dirancang untuk dapat dijalani dan dialami selama mahasiswa menjalani masa belajar di Universitas Al-Amien Prenduan.
Mahasiswa diberi ruang untuk mempraktikkan nilai-nilai kepemimpinan yang mereka pelajari melalui program-program pengembangan diri yang terstruktur. Pengalaman kepemimpinan direncanakan dalam rangkaian kegiatan dan keorganisasian. Ada beberapa organisasi kemahasiswaan yang dapat dipilih untuk diikuti, mulai dari berbasis minat dan bakat di beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) hingga pada kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa Ma’had (BEMA), dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) di tingkat fakultas dan institusi. Kerangka etik Islami, Ma’hadi, dan Tarbawi dijalankan melalui budaya diskusi, musyawarah, dan kerja sama dalam menyelesaikan masalah dijadikan bagian integral dari aktivitas akademik maupun non-akademik di universitas ini. Dengan demikian, mereka tidak hanya siap untuk menjadi pemimpin di masa depan, tetapi juga mampu membawa nilai-nilai Islam dalam setiap tindakan dan keputusan.
Pola keteladanan dalam menjalankan praktik kepemimpinan secara faktual ditunjukkan dengan sikap dan tindakan civitas akademika di lingkungan Universitas Al-Amien Prenduan. Para mahasiswa melihat, merasakan, dan mengalami layanan manajemen dan sikap para pengelola unit kerja dari tingkat teknis hingga pengambil kebijakan. Patut disyukuri bahwa selama ini berbagai potensi konflik atau perselisihan yang terjadi dapat diselesaikan dengan pola komunikasi yang selama ini dibangun antara mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, hingga para pimpinan UNIA. Basis spiritual, moral, dan intelektual dalam kepemimpinan di lingkungan UNIA mampu menjadi ciri tersendiri bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya nanti setelah menjadi alumni.
Mendorong Inovasi dan Kewirausahaan
Di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, inovasi dan kolaborasi menjadi kata kunci bagi kemajuan. Universitas Al-Amien Prenduan terus mendorong mahasiswa dan tenaga pendidiknya untuk berinovasi dan berkolaborasi dalam berbagai bidang. Pengembangan kewirausahaan yang menjadi salah satu pilar utama visi universitas diwujudkan melalui program-program nyata yang memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif. Kampus harus menjadi inkubator bagi lahirnya wirausahawan-wirausahawan muda yang tidak hanya berpikir tentang keuntungan (profit), tetapi juga kebermanfaatan (benefit) bagi masyarakat luas.
Secara sederhana, Ciputra mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan “merubah sampah menjadi emas”. Bagi UNIA, kewirausahaan ini didefinisikan ulang sebagai suatu karakter inovatif yang berlandaskan keislaman dalam merubah masalah menjadi peluang. Bahkan, lebih dari itu, para wirausahawan yang lahir dari rahim UNIA harus memiliki kesadaran spiritual yang mampu merubah orientasi “sampah” (keduniawian) menjadi orientasi “emas” (keakhiratan). Dengan demikian, visi kewirausahaan UNIA memiliki ciri khas keislaman yang kuat dengan menjadikan dunia sebagai ladang untuk beramal sehingga memiliki bekal yang cukup untuk kehidupan akhirat.
Strategi untuk mendorong munculnya inovasi dan pengalaman kewirausahaaan direncanakan melalui beberapa program dan kegiatan. Secara berkala mahasiswa diberikan kesempatan untuk menjalankan kegiatan “Pekan Kreasi dan Prestasi Mahasiswa” di setiap awal dan akhir tahun akademik. Dalam sepekan tersebut, mahasiswa merancang berbagai kegiatan yang menjadi ajang unjuk kebolehan dalam bidang seni, budaya, keilmuan, wirausaha, dan olah raga. Selain itu, sedang direncanakan program rutin tentang pengalaman dan pengembangan karakter kewirausahaan yang bisa dikelompokkan menjadi bulanan, semesteran, dan tahunan. Sehingga, pola pembentukan karakter kewirausahaan tidak hanya dilakukan melalui beberapa mata kuliah tertentu, tapi dialami secara langsung oleh mahasiswa.
Harapan Menuju Al-Amien Prenduan Emas
Menuju Al-Amien Prenduan Emas, sebagai bagian dari perjalanan Indonesia Emas 2045, merupakan perjalanan panjang yang perlu dirancang dan dipersiapkan dengan baik. Menata diri merupakan satu proses persiapan untuk mencapai budaya unggul sebagai salah satu prasyarat tersebarnya pada alumni yang khaira ummah, mutafaqqih fid din, dan mundzirul qaum di berbagai wilayah dan pelosok. Tahapan-tahapan UNIA sebagai teaching university dan research university perlu dilalui untuk mencapai tujuan UNIA sebagai entrepreneurial university dalam mewujudkan itu semua.
Transformasi budaya unggul yang kita impikan membutuhkan kerja keras, komitmen, dan dedikasi dari seluruh elemen pondok pesantren Al-Amien Prenduan, termasuk civitas akademika di UNIA. Namun, dengan menata diri yang dimulai dari aspek individu hingga institusi merupakan bagian dari ikhtiar yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut. Dengan memperkuat karakter keilmuan, membangun kepemimpinan yang berlandaskan keteladanan, serta terus mendorong inovasi dan kewirausahaan, visi tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan. Semoga tahun 2024 menjadi pijakan kuat bagi Universitas Al-Amien Prenduan untuk terus melangkah menuju kejayaan, memberikan kontribusi nyata bagi umat dan bangsa, serta menjadi mercusuar ilmu pengetahuan yang berbasis pada nilai-nilai Islam.
* Dr. KH. Muhtadi Abdul Mun’im, MA. (Rektor Universitas Al-Amien Prenduan). Telah dimuat dalam rubrik Refleksi, WARKAT 1445/1446 H. (2024/2025 M.)