Kuncinya, Latihan Keras dan Menulis Setiap Hari

Alfian Fawzi, Juara Pertama Sayembara Penulisan Naskah Buku Kumpulan Puisi Tingkat Nasional

AlfianTMI – Wajah Alfian Fawzi terlihat sumringah. Senyum tipis senantiasa mengembang di bibirnya. Perjalanan jauh Jakarta-Madura yang baru saja ditempuh tidak membuatnya lelah dan kehilangan semangat.

Santri kelas I MA TMI Al-Amien Prenduan berusia 15 tahun itu begitu bahagia setelah kumpulan puisinya Daun-Daun Segera Gugur ditetapkan sebagai Juara Pertama Sayembara Penulisan Naskah Buku Kategori Kumpulan Puisi Antarsiswa SMA/MA/SMK Tingkat Nasional oleh Pusat Perbukuan dan Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 4-7 November 2012.

Kumpulan puisi karya santri kelahiran Pamekasan, 5 Januari 1997 ini berhasil menyisihkan sekitar ratusan karya siswa yang berasal dari 30 provinsi di Indonesia. “Alhamdulillah, senang rasanya bisa juara,” syukur Alfian singkat.

Keberhasilan Alfian tidak lepas dari usaha maksimal dan latihan keras yang ia lakukan selama belajar menulis sastra di Sanggar Sastra Al-Amien. Termasuk kegemaran membaca yang menjadi hobinya selama ini. “Setiap hari saya berusaha menulis puisi, minimal satu judul, dan menyerahkannya kepada ustadz untuk dikomentari dan dikoreksi,” jelasnya.

Kumpulan puisi Daun-Daun Segera Gugur terdiri dari 60 puisi yang ditulis antara Januari—Juli 2012. Tema yang diangkat cukup beragam, mulai masalah keagamaan, ketuhanan, lingkungan, dan kehidupan remaja. “Sebenarnya lebih dari 60 puisi, cuma setelah saya seleksi lagi, saya pilih 60 judul puisi yang menurut saya paling bagus,” katanya.

Atas prestasinya itu, putra pasangan Dr. Taufiqurrahman dan Siti Musawwamah ini berhak atas uang pembinaan sebesar Rp 16 juta dan hadiah lainnya. Menurut Alfian, uang sebanyak itu sebagian akan dibelikan buku dan sisanya akan ditabung. “Satu lagi, saya akan beli biola,” jelasnya.

Alfian Fawzi menerima sendiri hadiahnya di Jakarta. Penyerahan hadiah langsung dilakukan oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Musliar Kasim di Hotel Aryaduta, Jakarta (5/11). Selama di Jakarta, Alfian berkesempatan mengunjungi Taman Ismail Marzuki (TMI), Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, silaturrahim ke Bapak Taufiq Ismail, Majalah Sastra Horison, dan sastrawan kelahiran Madura, Jamal D. Rahman. Juga ke Monas, Gramedia, dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). “Banyak pengalaman baru saya peroleh selama di Jakarta,” kenangnya.

Ketika ditanya, kenapa menyukai puisi? Santri kelahiran Pamekasan ini menjelaskan bahwa dunia puisi memberikan banyak ruang kreativitas baginnya yang tidak dimiliki dunia lainnya. Dalam puisi Alfian serasa menemukan kehidupan dan dirinya. “Setiap kali selesai menulis puisi lega rasanya,” ungkap Alfian.

Kesukaannya menulis puisi bermula dari ajakan kakak kelasnya yang sudah lebih dulu aktif di sanggar. Di sanggar inilah, pelan-pelan Alfian menyukai sastra. “Saya menulis puisi sejak kelas satu tsanawiyah. Di awal tahun 2012, alhamdulillah saya meraih Juara I Lomba Cipta Puisi Spontan Tingkat Umum di Sumenep,” terang Alfian.

Menurut Ust. Moh. Hamzah Arsa, M.Pd, guru pendamping dan pembina sastra, aktivitas Alfian di dunia sastra tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar ilmu-ilmu agama dan ilmu lainnya. Bahkan, Alfian Fawzi kini tercatat juga sebagai anggota Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz (JQH) ‘Kelompok Santri Penghafal Al-Qur’an’ di TMI Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. “Alhamdulillah, dia sudah hafal 3 juz Al-Qur’an,” katanya.

Alfian juga tercatat sebagai santri yang berprestasi di bidang akademik. Kegemarannya di bidang dunia sastra tidak menyebabkan dirinya lupa belajar dengan serius. “Dia termasuk santri peraih rangking dua di kelasnya,” jelas Ustadz Hamzah.

Ketika ditanya pesan untuk kawan-kawan siswa dan remaja pada umumnya, Alfian mengharap agar para siswa benar-benar memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk hal-hal positif. “Kalau ingin maju, para siswa harus senang membaca dan menulis,” pesannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *